Change in font'

Sabtu, 29 Januari 2011

Larangan Beribadah Kepada ALLAH d'samping Kuburan !!!!

Diriwayatkan dalam shoheh [Bukhori dan Muslim], dari Aisyah ra. bahwa Ummu Salamah ra. bercerita kepada Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam tentang gereja yang ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), yang didalamnya terdapat rupaka-rupaka (gambar-gambar), maka Rasululloh bersabda :
“أولئك إذا مات فيهم الرجل الصالح، أو العبد الصالح بنوا على قبره مسجدا، وصوروا فيه تلك الصور، أولئك شرار الخلق عند الله “.
”Mereka itu, apabila ada orang yang sholeh atau hamba yang sholeh meninggal, mereka membangun diatas kuburannya sebuah tempat ibadah, dan mereka membuat didalamnya rupaka-rupaka, dan mereka sejelek-jelek makhluk disisi Alloh”.
Mereka dihukumi beliau sebagai sejelek-jelek makhluk karena mereka melakukan dua fitnah sekaligus, yaitu fitnah memuja kuburan dengan membangun tempat ibadah diatasnya dan fitnah membuat rupaka rupaka ( patung-patung ).
Dalam riwayat Imam Bukhori dan Muslim, Aisyah juga berkata : ketika Rasululloh akan diambil nyawanya, beliaupun segera menutup mukanya dengan kain, dan ketika nafasnya terasa sesak maka dibukanya kembali kain itu. Ketika beliau dalam keadaan demikian itulah beliau bersabda :
“لعنة الله على اليهود والنصارى، اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد”
“Laknat Alloh ditimpakan kepada orang-orang yahudi dan Nasrani, yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai tempat peribadatan”.
Beliau mengingatkan umatnya agar menjauhi perbuatan mereka, dan jika bukan karena hal itu, Maka pasti kuburan beliau akan ditampakkan, hanya saja beliau hawatir kalau kuburannya nanti dijadikan tempat beribadah.
Imam Muslim meriwayatkan dari Jundub bin Abdullah, dimana ia pernah berkata : “Aku pernah mendengar Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda lima hari sebelum beliau meninggal dunia :
“إني أبرأ إلى الله أن يكون لي منكم خليلا، فإن الله قد اتخذني خليلا كما اتخذ إبراهيم خليلا، ولو كنت متخذا من أمتي خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا، ألا وإن من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم مساجد، ألا فلا تتخذوا القبور مساجد فإني أنهاكم عن ذلك”
“Sungguh, Aku menyatakan setia kepada Alloh dengan menolak bahwa aku mempunyai seorang khalil (kekasih mulia) dari antara kalian, karena sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan aku sebagai kekasihNya, sebagaimana Ia telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasihNya, seandainya aku menjadikan seorang kekasih dari umatku, maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah, dan ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai tempat beribadah, karena aku benar-benar melarang kalian dari perbuatan itu”.
Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam di akhir hayatnya -sebagaimana dalam hadits Jundub- telah melarang umatnya untuk tidak menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah. Kemudian ketika dalam keadaan hendak diambil nyawanya –sebagaimana dalam hadits Aisyah- beliau melaknat orang yang melakukan perbuatan itu, dan sholat di sisinya termasuk pula dalam pengertian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, walaupun tidak dijadikan bangunan masjid, dan inilah maksud dari kata-kata Aisyah ra.:“… dikhawatirkan akan dijadikan sebagai tempat ibadah.”
Dan para sahabat pun belum pernah membangun masjid (tempat ibadah) disekitar kuburan beliau, karena setiap tempat yang digunakan untuk sholat berarti telah dijadikan sebagai masjid, bahkan setiap tempat yang dipergunakan untuk sholat disebut masjid, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasul ShallAllohu’alaihi wa Sallam :
“جعلت لي الأرض مسجدا وطهورا”.
“Telah dijadikan bumi ini untukku sebagai masjid dan suci”.
Dan Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu’ dengan sanad yang jayyid, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi Muhammad ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :
“إن من شرار الناس من تدركهم الساعة وهم أحياء، والذين يتخذون القبور مساجد”.
“Sesungguhnya, termasuk sejelek-jelek manusia adalah orang yang masih hidup saat hari kiamat tiba, dan orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid)” (HR. Abu Hatim dalam kitab shohehnya).

Kandungan bab ini :
  1. Larangan membangun tempat beribadah (masjid) di sisi kuburan orang-orang yang sholeh, walupun niatnya baik.
  2. Larangan keras adanya rupaka-rupaka (gambar/patung) dalam tempat ibadah.
  3. Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sikap keras Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam dalam masalah ini, bagaimana beliau menjelaskan terlebih dahulu kepada para sahabat, bahwa orang yang membangun tempat ibadah di sekitar kuburan orang sholeh termasuk sejelek-jelek makhluk di hadapan Alloh. Kemudian, lima hari sebelum wafat, beliau mengeluarkan pernyataan yang melarang umatnya menjadikan kuburan-kuburan sebagai tempat ibadah. Terakhir, beberapa saat menjelang wafatnya, beliau masih merasa belum cukup dengan tindakan-tindakan yang telah diambilnya, sehingga beliau melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan ini.
  4. Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam melarang pula perbuatan tersebut dilakukan di sisi kuburan beliau, walaupun kuburan beliau sendiri belum ada.
  5. Menjadikan kuburan nabi-nabi sebagai tempat ibadah merupakan tradisi orang-orang yahudi dan Nasrani.
  6. Rasululloh melaknat mereka karena perbuatan mereka sendiri.
  7. Rasululloh melaknat mereka dengan tujuan memberikan peringatan kepada kita agar tidak berbuat hal yang sama terhadap kuburan beliau.
  8. Alasan tidak ditampakkannya kuburan beliau karena kekhawatiran akan dijadikan sebagai tempat ibadah.
  9. Pengertian “menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah” ialah [melakukan suatu ibadah, seperti : shalat di sisi kuburan, meskipun tidak dibangun di atasnya sebuah tempat ibadah].
  10. Rasululloh menggabungkan antara orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dengan orang yang masih hidup disaat kiamat tiba, dalam rangka memberikan peringatan pada umatnya tentang perbuatan yang menghantarkan kepada kemusyrikan sebelum terjadi, disamping mengingatkan pula bahwa akhir kehidupan dunia adalah merajalelanya kemusyrikan.
  11. Khutbah beliau yang disampaikan lima hari sebelum wafatnya mengandung sanggahan terhadap dua kelompok yang kedua-duanya termasuk sejelek-jelek ahli bid’ah, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa keduanya di luar 72 golongan yang ada dalam umat Islam, yaitu Rafidloh ([1]) dan Jahmiyah([2]). Dan sebab orang-orang Rafidloh inilah kemusyrikan dan penyembahan kuburan terjadi, dan mereka itulah orang pertama yang membangun tempat ibadah diatas kuburan.
  12. Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam [adalah manusia biasa] merasakan beratnya sakaratul maut.
  13. Pernyataan bahwa kholil itu lebih tinggi derajatnya dari pada habib ( kekasih ).
  14. Pernyataan bahwa Abu Bakar RadhiAllohu’anhu adalah sahabat Nabi yang paling mulia.
  15. Hal tersebut merupakan isyarat bahwa Abu Bakar akan menjadi Kholifah (sesudah beliau).




([1]) Rafidhah adalah salah satu sekte dalam aliran syi’ah. Mereka bersikap berlebih-lebihan terhadap Ali bin Abi Tholib dan ahlul bait, dan mereka menyatakan permusuhan terhadap sebagian besar sahabat Rasululloh, khususnya Abu Bakar dan Umar.
([2]) Jahmiyah adalah aliran yang timbul pada akhir khilafah Bani Umayyah. Disebut demikian, karena dinisbatkan pada nama tokoh mereka, yaitu Jahm bin Shofwan At Tirmidzi, yang terbunuh pada tahun 128 H. di antara pendapat aliran ini adalah menolak kebenaran adanya Asma’ dan Sifat Alloh, karena menurut anggapan mereka Asma dan Sifat adalah ciri khas makhluk, maka apabila diakui dan ditetapkan untuk Alloh berarti menyerupakan Alloh dengan makhlukNya.
Baca Selengkapnya...

ISLAM dan Yahudi

Diantara hal yang membuat hati kaum Mukminin tenteram dan karenanya mereka semakin yakin ialah; bahwa negeri yang menjadi tempat berkumpulnya bebagai macam suku Yahudi Dunia, yang kemudian secara zalim dan bathil dinamakan negara Israel, adalah negara yang akan musnah dan terhapus dari muka bumi. Kita tidak katakan tanggal sekian dan tanggal sekian seperti yang dilakukan secara tidak benar oleh sebagian orang yang memiliki semangat menggebu.
Bisa jadi waktunya akan datang sebelum ramalan mereka jatuh tempo, dan itu tidak sulit bagi Alloh Subhanallohu Wa Ta’ala. Tetapi, bisa jadi (waktunya akan datang) jauh sebelum itu. Wallohu A’lam.
Firman Alloh Subhanallohu Wa Ta’ala, yang artinya: “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabb-mu kecuali Dia sendiri” (QS. Al-Muddatstsir: 31). Tidak ada yang mengetahui kecuali Dia Yang Maha Tahu dan Maha Waspada.
Karena itulah ada tokoh politik (Muslim) konteporer yang mengatakan: Sesungguhnya perdamaian kita bersama Yahudi hanya semata-mata perdamaian politis, bukan keyakinan.
Sesunguhnya ada beberapa riwayat hadits Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam yang shahih dan tegas, bahwa petempuran besar (melawan bangsa Yahudi-pen) akan terjadi, pasti. Dan bahwa kalimat Tauhid pasti akan mengalahkan orang-orang Yahudi tersebut, baik majikan-majikan maupun budak-budaknya (para pemimpinnya maupun pengikut-pengikutnya -pen).
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiallaahu anhu, sesungguhnya Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: “Kalian akan memerangi bangsa Yahudi sampai seseorang di antara mereka bersembunyi di belakang batu. Maka batu itu berkata : Wahai hamba Alloh, ini di belakangku ada Yahudi, bunuhlah!.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: “Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum kaum Muslimin memerangi orang-orang Yahudi. Kemudian kaum Muslimin membunuh mereka sampai orang Yahudi bersembunyi di belakang batu atau pohon. Maka batu -atau- pohon itu berkata :” Wahai Muslim, wahai hamba Alloh, ini di belakangku ada Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah”. Kecuali pohon Gharqad (sebuah pohon berduri yang dikenal dikalangan bangsa Yahudi), sesungguhnya Gahrqad itu adalah salah satu pohon bangsa Yahudi.”
Dua riwayat di atas adalah riwayat paling kuat dan paling shahih yang di satu sisi menjelaskan pasti dan benar-benarnya kejadian perang melawan Yahudi, sedangkan di sisi lain menjelaskan tentang yakin (pasti)nya kemenangan di tangan kaum Muslimin.
Riwayat tersebut -segala puji bagi Alloh Subhanallohu Wa Ta’ala-, dan dengan taufiq-Nya amat sangat jelas, jelas dan jelas. Tidak perlu komentar dan tidak membutuhkan keterangan.
Dalam dua nash di atas terdapat berbagai petunjuk  yang bersifat ajaran, yang paling menonjol di antaranya adalah dua hal:
  • Berkaitan dengan awalnya, yaitu perkataan Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam kepada para sahabat: Kalian pasti akan memerangi (orang Yahudi). Sabda ini memberi petunjuk yang tegas bahwa masa depan hanya untuk Islam saja -bi idznillah-.
  • Berkaitan dengan akhirnya, yaitu sabda Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam ketika menceritakan perkataan pohon atau batu: Wahai Muslim, wahai hamba Alloh Subhanallohu Wa Ta’ala!. Kisah ini menunjukkan bahwa manhaj Tarbawi Ishlahi (pola pendidikan yang bertujuan perbaikan) yang tegak berdasarkan realisasi tauhid dan peribadatan adalah betul-betul memiliki kesiapan untuk menegakkan syari’at Alloh Ta’ala di muka bumi dan untuk memulai kehidupan baru dengan kehidupan Islami yang sesuai dengan pola kenabian.
Di sana ada riwayat lemah -dari berbagai periwayatan- yang tersebar di tengah-tengah masyarakat dan bergulir di kalangan orang-orang khusus dan orang-orang awam, yang wajib diungkap dan dijelaskan (yaitu): Riwayat Ibnu Sa’d dalam Tahabaqatnya VII/422, Al-Bazzar dalam Musnadnya IV/138, Az-Zawaid, Ibnu Abi Ashim dalam Al-Ahad wa Al-Matsani 2458, dan lain-lain, dari Nahik bin Shuraim As-Sakuni, bahwa Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: “Musyrikin sampai akhirnya sisa-sisa (pasukan) kalian akan memerangi Dajjal di sekitar sungai di Urdun (Yordan), kalian di sebelah timurnya dan mereka di sebelah baratnya.  Perawinya berkata: Saya tidak tahu di bumi sebelah manakah Urdun (Yordan) pada waktu itu”
Hadits ini sanadnya dha’if, di dalamnya terdapat Muhammad bin Aban Al-Qurasyi. Abu Dawud, Ibnu Ma’in, Al-Bukhari dan imam-imam lain mendha’ifkan (melemahkan)nya. Ulama Umat, ‘Allamah, Imam, lautan ilmu, Syaikh Abu Abdir Rahman Muhammad Nashiruddin Al-Albani -semoga Alloh Ta’ala melimpahkan rahmat kepadanya- telah mengeluarkan hadits tersebut secara rinci dalam kitab karyanya yang mengagumkan: Silsilah Al-Hadits Adh-Dha’ifah III/460-461. Beliau menjelaskan kelemahan hadits itu, kemudian beliau Rahimahullah  berkata: Saya tulis hadits ini setelah banyak pertanyaan mengenainya, bertepatan dengan pendudukan bangsa Yahudi di tepi barat Yordania pada awal bulan Haziran (Juni) tahun 1967M. Semoga Alloh menghinakan dan merendahkan mereka serta membersihkan negeri ini dari mereka dan dari pendukung-pendukungnya.
Syaikh Ali Hasan berkata: “Saya aminkan do’a beliau Rahimahullah di atas, sambil saya jelaskan bahwa sebab penulisan makalah ini adalah karena pembantaian, pengusiran serta perusakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi semenjak kurang labih tiga bulan yang lalu (dihitung sejak  Syawal 1421H) terhadap saudara-saudara kita kaum Muslimin di Palestina yang terjajah. Hanya Alloh-lah yang dapat memberikan pertolongan.
(Sumber Rujukan: Majalah al-Ashalah edisi 30/Th.V/15 Syawal 1421H, diterjemahkan secara bebas oleh Suparlin Abdurrohman)
Baca Selengkapnya...

IP Blog' ^^

IP

Pengikut

 
offsetWidth); }